Hari itu, tampak sepasang tua renta naik
kereta dari Stasiun Jakarta Kota. Kereta tersebut hendak menuju ke
Depok. Belakangan diketahui, kakek dan nenek tersebut menumpang kereta
dengan sebutan commuter line tersebut hanya sampai Stasiun Gondangdia.
Bukan hanya penampilan luar yang membuat
pasangan renta tersebut diduga sebagai pengemis olehh penumpang
lainnya. Namun juga bau badan yang mereka bawa membuat penumpang lainnya
enggan untuk duduk bersebelahan dengan mereka. Jangankan bersebelahan,
bau sangat mengganggu tersebut hampir memenuhi seisi gerbong.
Setidaknya ada seorang ‘korban’ akibat
bau badan tersebut. Seorang Ibu yang awalnya duduk bersebelahan dengan
pasangan tua renta tersebut, terpaksa harus keluar dari kereta dan
memuntahkan isi perutnya karena tidak tahan dengan bau yang ada.
Menjelang kereta hendak melaju, seorang
pemuda dengan gaya ‘anak kuliahan’, menenteng ransel, bercelana jeans
dan menggunakan headset di telinganya, tiba-tiba saja masuk dan duduk di
sebelah kakek dan nenek tersebut. Apakah anak muda itu tidak terganggu
dengan bau yang ditimbulkan oleh pasangan tua di sebelahnya?
Pemuda tersebut justru memulai
perbincangan dengan si kakek tua yang persis di sebelahnya. Pertanyaan
seperti nama nya siapa pak?, tinggal dmana?, mau kemana?, punya anak
berapa? diajukan pemuda tersebut kepada si kakek. Pemuda tersebut tampak
mencoba mengakrabi si kakek bau tersebut.
Saat kereta menjelang tiba di Stasiun
Gondangdia, tampak pasangan tua renta tersebut bersiap untuk turun. Si
Pemuda sejurus kemudian mencoba mengeluarkan lembaran uang kertas dari
sakunya. Uang seratus ribu rupiah di sodorkan kepada si Kakek.
“Pak,saya punya sedikit rejeki buat
bapak dan Ibu mungkin bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
bapak dan Ibu beberapa hari kedepan”, kata si Pemuda sambil menyodorkan
uang dari kantong celananya.
Namun si Kakek bau tesebut menolaknya dengan kata-kata yang sungguh menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya.
Kereta sebentar lagi tiba distasiun
gondangdia,kudengar dari percakapan pemuda dan bapak itu, stasiun
gondangdia adalah stasiun tujuan pasangan suami istri itu.
Kulihat pemuda itu memasukkan tangannya kedalam tasnya dan mengambil
beberapa uang berwarna merah(100.000 rupiah) dalam jumlah yang sangat
banyak,sangat banyak saya tak tahu pastinya.
Dengan nada yang sangat sopan pemuda itu berkata : “pak,saya punya
sedikit rejeki buat bapak dan Ibu mungkin bisa digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup bapak dan Ibu beberapa hari kedepan”
Tahukah kawan,apa jawaban bapak itu? Beliau menjawab seperti ini.
“Sungguh agamaku melarangku menjadi
seorang pengemis yang menengadahkan tangan menunggu bantuan uang dari si
Tuan kaya raya,ku yakin Tuhan-ku maha kaya, sangat kaya,” kata si
Kakek.
“Saya tahu niat Ananda adalah untuk
membantu kami, dan sungguh saya yakin bahwa Allah-lah yang telah
mengirimmu kepada kami, namun mohon maaf nak, saya tak bisa menerima
itu,” tambah si Kakek.
“Saya tak ingin sebuah kisah dari
perjalanan perjuangan hidup kami mencari rezeki, ada sebuah kisah bahwa
kami menerima uang dari orang lain dikarenakan kasihan dengan kondisi
kami.” tutur si Kakek.
“Saya yakin nak, sebentar lagi Allah
akan memberikan rezeki bagi kami dengan cara yang lebih baik dari ini
,iya saya yakin sebentar lagi nak, sebentar lagi.” tutup si Kakek dan
meninggalkan Pemuda tersebut untuk keluar dari kereta yang tengah
berhenti sejenak di Stasiun Gondangdia.
CARA MEMBUAT OPINI-Sebelum
beranjak pada pengertian opini, penulis ingin mengajak pembaca sekalian
untuk mengenali sejarah rubrik sekaligus munculnya artikel opini di
kancah pers Indonesia. Dengan mengenali sejarah, harapannya akan lebih
muda ketika memahami cara membuat opini. Di antara rubrik yang ada,
seperti kesehatan, hukum, mancanegara, dan lain sebagainya, rubrik opini
adalah rubrik yang bisa dibilang tempat terhormat.
Mengapa demikian, hal ini dikarenakan adanya dialektika pada ruang
tersebut. Rubrik yang menyajikan adu gagasan, pandangan sang redaktur,
kritikan terbuka, sampai kritikan dari akar rumput untuk para penguasa
tidak luput dari rubrik opini.
Di Indonesia sendiri, peran pers dalam menyatukan rakyat Indonesia
untuk melawan penjajahan sekaligus upaya memerdekakan bangsa Indonesia
sangatlah signifikan. Sejarah yang tertoreh menyebutkan bahwa rubrik
opini menjadi salah satu perhatian serius Pemerintahan Hindia Belanda.
Sebagai contoh, peran Balai Pustaka yang proyeknya menerjemahkan
tulisan-tulisan dari pers Melayu dan China. Pers tersebut terbit di
Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda.
Pada masa itu, pers khususnya rubrik opini digunakan oleh para
intelektual dan para pejuang untuk melawan, menyampaikan kritik kepada
Belanda. Penggugah, adalah salah satu contoh media cetak di
Solo yang menyajikan opini pedas, tajam sekaligus menukik pada masa itu.
Soewardi sebagai pemimpin redaksi pada waktu itu berani menerbitkan
opini kritis yang diterbitkan pada 14 Februari 1923.
Opini tersebut sebagai ungkapan kekecewaan sekaligus gugatan
perwakilan rakyat. Pasalnya, selama ini Belanda dengan segala tipu
muslihatnya sengaja melemahkan kaum pribumi. Kritik tersebut juga
disampaikan untuk Ahmad Djajadiningrat selaku Bupati Serang akibat
adanya nepotisme yang menjadikan rakyat kecil semakin tertindas dan tak
bisa menempati pos-pos penting dalam pemerintahan.
Contoh lain dapat dilihat tulisan Susilo Sosro Prayitno yang
diterbitkan Balai Pustaka 4 buku dalam setahun. Tulisan yang mengangkat
tema pendidikan tersebut ingin menjelaskan bahwa hakikat pendidikan
adalah kemerdekaan. Namun yang terjadi justru malah pendidikan dijadikan
sebagai alat untuk melegitimasi penjajahan terstruktur lewat
pendidikan.
Orang pribumi dicekoki supaya tunduk dan patuh atas nama menuntut
ilmu. Kekritisan ditumpulkan, hak berpendapat dilarang. Seperti dalam
kutipan berikut yang penulis ambil dari sebuah buku bertajuk Bagaimana Mempertimbangkan Artikel Opini untuk Media Massa.
Memang benar, kita ini bisa diumpamakan kuda tetapi yang punya kuda
tidak mau mematikan kudanya, juga tidak mau menjadikannya kuda yang
hebat. Jadinya kuda yang asal hidup saja. Tapi mengapa orang yang punya
kuda kurang makan itu tidak malu?
A. Pre-Writing Cara Membuat Opini
Sering penulis bertemu dengan teman-teman yang ingin menulis, tapi
sebelum menulis malah memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu.
Rasa kekhawatiran yang terlalu berlebihan terkadang melemahkan mental
dan menganggap masa depan adalah gagal.
Maka benarlah pepatah mengatakan, “Jika kita gagal merencanakan, maka
sebenarnya kita merencanakan kegagalan”. Buanglah rasa kekhawatiran
bahwa tulisan kita akan ditolak, tulisan tidak bagus ataupun tulisan
kita tak nyambung.
Itu semua adalah proses yang perlu dan harus dilalui semua penulis
tak terkecuali penulis-penulis besar yang ada saat ini, semua sama
mengalami proses suka duka. Bab ini menekankan agar tahu ke mana arah
yang hendak dituju.
Seperti saat kita akan menuju Kota Yogya dari Bantul, maka semua hal
yang menjadi keperluan harus kita ketahui mulai dari jalan, mesin yang
sehat, ataupun sebagai ban cadangan jika bocor. Berikut adalah Tips
menulis opini di media massa yang pernah penulis alami dan menjadi
pengalaman, semoga bermanfaat.
1. Paham Opini
Salah satu keharusan penulis pemula khususnya artikel opini adalah
mengetahui terlebih dahulu apa arti atau definisi dari artikel dan opini
itu sendiri. Dapat disimpulkan, bahwa opini termasuk tulisan non fiksi.
Gampangnya, menurut Edi Akhiles tulisan non fiksi ini adalah tulisan
berkarakter ilmiah, berbasis data dan dianalisa dengan sistematis
(runtut, logis). Adapun tulisan non fiksi ini selain artikel opini juga
dapat berupa skripsi, disertasi, feature, makalah, esai dan yang
lainnya.
Andi Andrianto dalam bukunya bertajuk Menaklukkan Media
menjelaskan bahwa perbedaan opini dengan artikel atau sebaliknya tidak
terlalu mencolok, bahkan sering dianggap sama oleh beberapa kalangan
jurnalis. Namun, kadang dua istilah tersebut memang membuat bingung dan
kadang tak sadar memengaruhi kita untuk selalu menunda-nunda untuk mulai
menulis dan akhirnya tidak menulis.
Masih dikutip dari buku Andrian bahwa Anas Syahirul, pemimpin redaksi harian Joglo Semar
Solo (2010) menjelaskan bahwa artikel dan opini mempunyai banyak
kesamaan dan perbedaan. Kesamaan keduanya yakni artikel ataupun opini
ditulis oleh penulis bebas alias bukan wartawan. Kedua, mengangkat masalah aktual. Ketiga, teknik
penulisan menggunakan pola deduktif-induktif atau sebaliknya. Dapat juga
menggunakan metode tesis-antitesis atau menggunakan rumus penulisan
berita 5W+1H. Keempat, di kolom dewasa biasanya berkisar 3-4 halaman tapi untuk kolom mahasiswa hanya 1-2 halaman spasi ganda.
Selain adanya persamaan antara artikel dengan opini, keduanya juga
mempunyai perbedaan yakni opini lebih berisi pandangan subjektif
terhadap suatu peristiwa atau kejadian. Dalam penulisan opini, pandangan
pribadi penulis sangat ditonjolkan.
Dan biasanya, lahirnya pandangan suatu opini tersebut didapat dari
sumber-sumber berita kemudian diolah menjadi serangkaian konsep ide
gagasan dalam bentuk karya jurnalistik. Sedangkan pengertian artikel itu
sendiri merupakan bagian karya jurnalistik yang di dalamnya harus ada
data dan fakta secara detail. Data inilah yang biasanya digunakan untuk
mendukung opini atau pendapat seseorang penulis lepas untuk memperkuat
pandangan pribadinya.
Kesimpulannya, artikel opini adalah salah satu karya jurnalistik yang
bersumber dari berita atau berangkat dari suatu masalah yang dibuat
untuk mengedepankan gagasan atau pendapat yang berdasarkan data dan
fakta detail sebagai penguat.
Pendapat biasanya juga tidak hanya melulu bersifat pribadi, namun
juga bisa merupakan pandangan suatu instansi ataupun lembaga. Mengutip
penulis senior KPI, Supadiyanto di dalam bukunya Berburu Honor Lewat Artikel
menekankan bahwa artikel opini adalah tulisan untuk menyikapi berbagai
permasalahan yang aktual yang dikemas dengan bahasa sederhana, menarik,
dan tidak bertele-tele.
Dengan adanya sikap demikian, tulisan artikel opini harus mengandung
unsur yang cerdas dan solusi yang bijak. Hal tersebut untuk membantu
dalam segi pencerahan masyarakat terkait permasalahan-permasalahan
sosial, ekonomi, politik, budaya, dan lain sebagainya.
Konkretnya, Yudi Nopriansyah selaku Pimred Lampung Post pernah
mengatakan, “Ternyata, pengertian opini dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga terbitan Balai Pustaka Tahun 2002 sangat singkat,
yaitu pendapat, pikiran, pendirian. Setelah membaca pengertian itu
penulis berpikir, kalau pengertian opini sesederhana itu mengapa banyak
di antara kita kesulitan ketika akan menulis sebuah opini? Menulislah
segera! Oke?
2. Mulailah dari Hal yang Kecil
Setelah kita tadi ngobrol-ngobrol soal fokus, penulis ulangi
sedikit apa itu fokus. Fokus tidak berarti cuek, acuh tak acuh ataupun
tak peduli keadaan sekitar. Fokus adalah cara seseorang bagaimana
memelihara sesuatu hal yang ia lakukan secara terus-menerus.
Ya, semua perlu ada keistikamahan, rutin, berkelanjutan, dan
keseriusan. Tak perlu muluk-muluk, cukup dari hal yang terkecil
lama-lama akan menjadi besar. Ketelatenan itulah modal sebenarnya. Siapa
tak mengenal penulis seperti Imam Syafii, Plato dan Aristoteles. Mereka besar lewat
tulisan-tulisan kecil dan sederhana dari catatan harian.
Catatan harian inilah wujud kita sangat menghargai hidup untuk berbagi dengan orang lain, karena dengan diary,
kita dapat mengisahkan perjalanan kita sebenarnya terkait rasa cinta,
emosi, cemburu, marah, dan lain sebagainya. Ya, jika kita berpikir maka
kita ada.
Selain hal di atas, perlu juga mulai menapak tangga-tangga kecil
dalam hal keilmuan. Pernahkah berpikir, setelah kita kelak meninggal
nantinya kita akan dikenang sebagai apa? Ipho Santoso juga sering
mengungkapkan hal demikian. Mulailah dari yang kecil-kecil, karena
petuah mengatakan banyaknya manusia yang gagal itu salah satu faktornya
juga karena enggan memperdalam keilmuan.
Oleh karena itu, sering kita jumpai artikel-artikel opini yang di
bawahnya menyertakan identitas penulisnya. Sebagai contoh, mungkin ia
bekerja sebagai dosen, pengusaha, menteri, atau lain sebagainya. Hal ini
merupakan hal yang penting juga untuk diperhatikan mengingat hal itu
akan menunjukkan siapa kita dan ahli dalam bidang apa.
Dalam hal ini, sedini mungkin kita mengasah jiwa profesionalisme kita agar ke depannya memang terbentuk branding.
Berkaitan dengan identitas, biasanya ini juga berkaitan dengan surat
pengantar. Bab selanjutnya akan membahas mengenai surat pengantar.
Jangan beranjak dulu dari buku ini. Oke?
3. Kuasai Panggung Jurnalistik
Penulis sempat memberi masukan salah satu majalah di kampus UIN Sunan
Kalijaga, pasalnya, majalah tersebut memang bagus dalam hal cetak,
namun sangat acak-acakan ketika di media online-nya. sayangnya,
pengurus redaksi yang bersangkutan awalnya menyepelekan hal-hal kecil
yang sebenarnya tak bisa diremehkan dalam dunia jurnalistik.
Kaitannya dalam hal menulis artikel opini di media massa, yakni
kesalahan huruf ataupun tanda baca sebisa mungkin diminimalisir karena
hal tersebut akan berpengaruh pada seseorang saat menilai kesan pertama
apa yang akan didapat sang redaktur. Pertanyaannya, jika tulisan
dasarnya saja belum benar, bagaimana pembaca bisa percaya bahwa gagasan
atau pendapatnya Anda itu bisa dipertanggungjawabkan?
Di sinilah letak kehati-hatiannya. Berikan kesan yang meyakinkan
terhadap redaktur dengan memenuhi dasar-dasarnya terlebih dahulu karena
rubric opini adalah rubrik tergengsi. Seorang redaktur biasanya tak
mempunyai waktu banyak untuk mengoreksi secara jauh, maka kebiasaan
redaktur adalah melihat sekilas termasuk judul, kerapian tulisan, dan
kode etik dasar dalam kepenulisan jurnalistik.
Jika kesan pertama sudah menimbulkan kesan meyakinkan, insya Allah ke
depannya akan dipercaya. Namun jika awalnya saja sudah berantakan, ke
depannya akan sulit dimuat karena banyak pertimbangan yang muncul karena
beranggapan dapat merugikan pihak media cetak bersangkutan atau bahkan
akan di-blacklist.
Selama ini, penulis berusaha menargetkan untuk tidak pernah salah
dalam menulis artikel ataupun mengikuti lomba-lomba. Hal ini agar
menjadi kebiasaan ke depannya dalam melatih kedisiplinan, keuletan,
ketekunan, dan ketelitian.
Jika salah, ya usahakan tidak melebihi 3 kesalahan, karena jika sudah
melebihi 3 kesalahan biasanya artikel tidak terlalu dipertimbangkan
untuk dimuat. Oleh karena itu, ketelitian dalam menulis senantiasa
diperlukan untuk menghasilkan tulisan yang tidak hanya berkualitas pada
konten, namun juga tata cara menulisnya. Begitu pula sebaliknya karena
hal tersebut sangat berpengaruh.
Perlu diingat, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang sederhana,
singkat, jelas, dan terkadang banyak mengandung kata-kata ilmiah. Soal
kata-kata ilmiah, penulis sengaja untuk merutinkan membaca artikel opini
baik itu dari Kompas, Republika, atau surat kabar lainnya.
Dari situ, kita pasti banyak menjumpai banyak kata-kata ilmiah seperti halnya preventif (mencegah), crime extraordinary
(kejahatan luar biasa), dan lain sebagainya. Semua bidang keilmuan
mempunyai kata ilmiah masing-masing walaupun ada juga yang dapat
digunakan untuk umum. Memang awalnya kita kesulitan untuk memahami
sebuah opini, apalagi di koran-koran nasional karena banyaknya kata
ilmiah.
Oleh karena itu, penulis sempat “menabung” kata ilmiah yang sempat
ditemui dari opini-opini surat kabar nasional. Kata-kata ilmiah tersebut
dicari satuper satu arti dan tujuannya baik melalui Google
ataupun kamus ilmiah kemudian ditulis khusus dalam buku kecil. Ya, jika
itu sudah dibiasakan, pasti tidak akan merasa kesulitan lagi untuk
memahami sebuah artikel opini nasional. Mboko sithiklah pokoke!
Selain ditulis dalam catatan kecil, perlu untuk mencontoh gaya
belajar senior-senior KPI yakni ATM (amati, tiru, modifikasi). Jurus ini
memang ampuh karena jurus inilah yang banyak dilakukan oleh semua orang
yang ingin meraih apa keinginannya.
Tak hanya seorang penulis, seorang seniman, penyanyi atau pemain
sinetron pun awalnya meniru dan akhirnya dengan bantuan berpikir dan
mengevaluasi lama-kelamaan dapat menemukan karakter atau ciri khas
masing-masing. Jadi menurut penulis, karakter itu terbentuk dari
berbagai pengalaman pancaindra yang kita olah lewat pemikiran-pemikiran
untuk menghasilkan karya.
Teruslah berkarya, karena karya-karya itulah nantinya yang akan
menginspirasi. Karya itulah yang akan terevaluasi menjadi diri kita
sendiri. Seperti pisau jika terus diasah, pasti lama-kelamaan akan tajam
juga. Penjelasan terkait bahasa jurnalistik akan dijelaskan di bab
editing, so jangan beranjak dulu!
4. Gemar Cari “Masalah”
Seorang mahasiswa harus sering diskusi, baik diskusi dengan teman
aktivis, di seminar-seminar, bedah buku, lewat koran, terlebih-lebih
berdialektika dengan Alquran. Bukalah pikiran selebar-lebarnya dan
rangsanglah untuk bertanya dan selalu menanyakan.
Hal inilah yang akan mengasah daya kritis kita dalam membaca koran,
majalah, atau mengikuti materi-materi yang disampaikan dalam seminar.
Mustahil jika kita ingin menjadi penulis namun kita tak pernah membaca
dan berpikir.
Untuk memperoleh masalah yang aktual, penulis sering memantau
koran-koran baik nasional ataupun lokal. Tergantung media mana yang akan
dituju, jika masalah regional maka koran lokal cocoknya. Untuk menjaga
perkembangan informasi, kita bisa berlangganan koran atau jika uang
mepet bisa lihat di mading-mading yang telah disediakan.
Selain itu masih banyak lagi tempat yang menyediakan koran gratis, di antaranya perpustakaan kampus atau jika ingin enjoy
tinggal di loper koran pinggir-pinggir jalan. Jika bener-bener kantong
kosong, ya berikan kesan bahwa kita ingin membeli walaupun pada
kenyataannya hanya ingin membaca koran gratis. Intinya semua mudah
didapatkan, tergantung mau berusaha atau tidak. Titik!
5. Ambil Satu Sudut Pandang
Kualitas terbaik dari suatu surat kabar manakala surat kabar tersebut
mampu menyajikan informasi yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan dan
mengandung unsur kebaruan. Di sinilah media cetak berlomba-lomba untuk
memberikan informasi tercepat sekaligus terbaik.
Maka tak sedikit pula media cetak yang mengubah halaman depannya (headline)
ketika mendapati kasus atau kejadian yang berlangsung di tengah malam
ataupun dini hari. Memang begitulah kerja di media cetak, setiap hari
bahkan malam hari harus selalu terjaga untuk mencari berita, menemukan
ataupun menunggu informasi terbaru. Para pejuang media tak jarang pula
menggantikan wartawan yang sedang sakit atau sedang ada halangan.
Hal ini sama dengan pengaruh bagaimana artikel opini yang baik dan
dapat diterima redaktur. Artikel opini (pendapat, gagasan, ide) harus
bersifat baru dan mempunyai hal lain daripada yang lain walaupun kabar
berita ataupun kejadian sudah bertahun-tahun.
Artikel opini inilah yang membedakan antara menulis sejarah, berita,
ataupun kabar yang notabene seadanya, sesuai objek. Artikel opini
ditulis sesuai subjektif yang kemudian diambil satu sudut pandang agar
ke depannya runtut dan jelas. Tak sedikit mahasiswa/i yang menulis namun
topik yang dibawakan masih lebar ke mana-mana.
Ibarat seperti melihat gelas. Apabila kita melihatnya dari atas,
tentu bentuknya pun akan berbeda. Begitu pula ketika kita melihat dari
bawah ataupun samping akan berbeda pula bentuknya. Begitu pula dalam
mengambil sebuah sudut pandang, jika masalah yang akan dibahas melalui
tulisan artikel opini terkait pendidikan maka dari pendidikan pun mampu
muncul berbagai sudut pandang entah dari pendidikan itu sendiri,
ekonomi, politik, budaya, dan lain sebagainya.
Ya, karena memang suatu masalah tidak bisa hanya dipecahkan satu cara
saja, namun ada komponen-komponen yang lain turut serta memberikan
faktor dalam penyelesaian masalah. Satu faktor tersebut sesuai bidang
kita agar kajian opini kita lebih mendalam dan komprehensif.
Dengan kerja keras menggali inspirasi, nantinya artikel opini yang
telah selesai ditulis dapat membawa pencerahan, syukur-syukur dapat
menggerakkan masyarakat/pembaca untuk melakukan apa yang telah kita
gagas dalam tulisan opini kita. Oleh karena itu, akan lebih profesional
bila masalah diambil dalam satu sudut pandang dan dibahas secara
mendetail, runtut dan jelas.
6 Jangan Mudah Percaya, Kritislah
Hal yang tak kalah penting adalah kritis dalam menganalisis. Semenjak
kuliah, penulis mempunyai hobi beli makanan di angkringan. Ya, sekadar
santap kopi satu gelas untuk diskusi satu malam. Memang “terlalu” jika
hanya beli satu gelas beneran.
Pernah juga penulis beserta teman diusir ketika hendak beli minuman
di angkringan. Namun memang angkringan yang satu ini penjualnya sukanya “mrengut”
juga pelit senyum. Ya, mungkin sudah hafal jika mahasiswa memang
kebiasaannya hanya membeli satu gelas kopi namun duduknya satu malam.
Aktornya pun penulis yakin tak hanya satu, tapi beribu-ribu. Oleh karena
itu, kami mengimbau harap maklum kepada kami wahai penjual angkringan,
karena kami mahasiswa.
Berkaitan kritis dalam menganalisis, meminjam istilah judul tulisan
teman aktivis Bung Roesdy, tak dapat dipungkiri bahwa generasi saat ini
krisis kritis. Kemajuan teknologi yang seharusnya lebih merangsang
generasi untuk giat berpikir ternyata jauh dari harapan.
Teknologi menjadi manusia-manusia yang takut berpikir bahkan
menyerahkan segalanya kepada teknologi tanpa pertimbangan. Ya, secara
tidak langsung kita sering “menuhankan teknologi” yang sering kita
anggap tak mungkin salah.
Waktu itu hobi kami juga minum kopi di angkringan depan kantor
Kedaulatan Rakyat. Angkringan itulah yang menjadi saksi bisu asyiknya
menulis dan berpikir di ruang terbuka. Ditemani obrolan-obrolan manusia
dan musik-musik para pengamen, Bang Didik H. S. selaku senior memang
gemar memulai untuk mengajak berpikir.
Sebagai contoh, beliau menanyakan kepada kami; mengapa di depan
kantor tersebut ditulisi tempat parkir? Pertanyaannya, mengapa tulisan
tempat parkir tersebut tertulis di tempat yang berbeda lain dari yang
lain, mengapa tidak di tempat para karyawan saja? Ya, memang sedari awal
kami kurang kritis, kami pun hanya menggelengkan kepala.
Dengan enteng beliau menjelaskan bahwa tulisan itu ada bukan berarti
tanpa maksud. Bisa saja tulisan itu digunakan untuk membedakan kelas
sosial antara pejabat pemilik KR dengan karyawan biasa sehingga tempat
parkir pun dibedakan. Selain itu, bisa jadi dilatarbelakangi ulah
pegawai yang parkir seenaknya. Inisiatif membuat tempat parkir pun
dilakukan demi harga diri, kelancaran, bahkan kewibawaan.
Inilah yang dinamakan sebagai analisis wacana, yakni analisis yang
mengajarkan kita bersikap kritis. Analisis ini biasa digunakan dalam
mata kuliah Analisis Teks Media. Pada awalnya, analisis ini digunakan
untuk meneliti teks-teks berita yang dimuat dalam surat kabar.
Bagiamanapun juga, berita bukan suatu hal yang bebas nilai, namun ada
nilai di balik penulisan berita tersebut. Lebih lanjut, sikap kritis
harus kita latih sedini mungkin dengan tidak menganggap bahwa suatu hal
yang dikerjakan, dikatakan, bahkan dilisankan bukan berarti tanpa
maksud. Semuanya mempunyai maksud. Baik untuk provokasi, memengaruhi,
membujuk, menyanggah, memperkuat, atau mematahkan suatu argumen atau
kejadian yang tengah berlangsung.
Soal kritis, penulis juga pernah menguji teman yang waktu itu membeli
kartu Taman Pendidikan Alquran (TPA) di sebuah toko ternama. Agar
kegiatan KKN lancar dan agak “wah” setidaknya kartu TPA ini digunakan
untuk mencatat lulus atau tidaknya anak-anak ketika mengaji. Kartu TPA
tersebut sebenarnya sudah dicari di mana-mana, namun belum ketemu.
Alhmadulillah akhirnya ketemu di Toko X1. Di Toko X1 inilah kisah
mengasah kritis bermula.
Di Toko X1 pertama, harga satu kartu TPA sebesar Rp650,-. Karena
membeli 20 kartu maka uang yang dibayarkan sebanyak Rp9.700,-. Namun
Tuhan masih menguji, yakni kartu TPA yang khusus untuk Iqra kehabisan.
Akhirnya setelah bertanya-tanya kami disarankan untuk mengunjungi Toko
X3. Setelah mencari kartu TPA, akhirnya ada juga. Sewaktu di kasir,
dengan gamblang si kasir berkata bahwa harga semuanya Rp29.000,- padahal
diawal Toko X1 tadi hanya habis Rp9.700,-.
Penulis pun langsung curiga karena awalnya hanya habis Rp9.700,-
namun kartu yang bentuknya lebih kecil malah menghabiskan uang hingga
Rp29.000,-. Akhirnya, teman pun penulis ajak untuk menepi terlebih
dahulu agar menyocokkan hal tersebut. Lewat diskusi singkat, akhirnya
teman pun kembali ke kasir dan mengklarifikasi kekeliruan tersebut.
Alhamduillah yang semula dibayar Rp29.000,- berubah menjadi Rp4.000,-.
Juah, kan? Eh maksud penulis jauh, kan?
Itulah sekelumit kisah, meskipun menggunakan teknologi, tetap saja
kesalahan bisa saja terjadi. Oleh karena itu, kebiasaan manual seperti
berpikir dan kritis harus tetap ada meskipun dunia teknologi semakin
canggih. Padukan gaya berpikir manual dengan kecanggihan teknologi.
Jangan sampai anggapan teknologi serba tak pernah salah lantas kita
membenarkan apa pun tanpa klarifikasi terlebih dahulu. Lelaki pun juga
bisa teliti dalam berbelanja.
7. Pilih Tema
Setelah melewati langkah-langkah di atas, kini saatnya kita
menentukan tema dan segera mengambil pena ataupun duduk di depan
komputer. Pada tahap ini, kita bebas memilih tema, namun menurut
pengalaman penulis, lebih mudah memilih tema-tema yang dekat dalam
kehidupan sendiri.
Hal ini berkaitan dengan masalah yang benar-benar dihadapi dan yang
akan digali menjadi butir-butir solusi. Ketika menulis buku ini, penulis
masih aktif di Pengurus Harian Laboratorium Agama Masjid Sunan
Kalijaga, otomatis bersinggungan langsung dengan kehidupan sosial
seperti bagaimana masjid bisa menjadi rumah umat atau bagaimana masjid
dapat menciptakan pola kaderisasi kepemimpinan yang baik.
Selain aktif di masjid, penulis juga sedang menempuh kuliah S1
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam mengambil konsentrasi
jurnalistik. Oleh karena itu bab-bab terkait media pun menjadi bahasan
sehari-sehari bersama kawan karib, terlebih pada politik. Itu gue banget!
Pada dasarnya, selama masih menjalani S1, mengambil tema apa saja
yang disukai tidak masalah. Perlu penulis tekankan bahwa usahakan tema
yang dipilih merupakan tema favorit sehingga dengan demikian akan merasa
tertantang dan rasa ingin tahunya sangat tinggi meski dituntut lebih
banyak berkorban. Apa pun yang dicintai, pasti dikejar meski banyak
berkorban. Iya, kan?
Namun jika sudah menginjak S2 atau S3 harus mempunyai keilmuan yang
spesifik, bukan berarti kuper ilmu pengetahuan, namun agar dapat
dipercaya oleh publik. Hal ini juga akan memengaruhi kita ahli dalam
bidang keilmuan seperti apa, karena di pojok bawah biasanya terdapat
nama penulis arikel opini sekaligus menjabat dalam hal apa. Coba lihat
contoh-contoh artikel di atas.
8. Membuat Out Line
Bagi penulis pemula, tentu belum terbiasa bagaimana agar dapat
menuangkan gagasan lewat tulisan secara runtut. Hal inilah yang sering
dikeluhkan penulis pemula bahwa menulis itu sulit, baik untuk memulainya
ataupun melangkah ke tulisan berikutnya.
Bahkan, jika tak mempunyai daya juang yang tinggi terkadang ada beberapa penulis pemula yang langsung “drop” ketika ada sahabat ataupun teman yang memberikan komentar, kok nggak nyambung. Sekali lagi, itu sudah biasa. Penulis yang saat ini besar pun dulunya mengalami hal yang sama. So,
bagi yang berniat untuk menjadi penulis, jangan pantang menyerah, jika
jatuh segera bangkitlah, jika telah bangkit kobarkan selalu semangat!
Adapun cara membuat outline sangatlah beraneka macam. Saking banyaknya, di bawah ini akan disampaikan kebiasaan penulis dalam membuat outline
untuk membantu menulis sebuah artikel secara umum. Adapun jika
mempunyai cara dan trik tersendiri itu sah-sah saja. Berikut adalah
gambaran paling umum sebuah state of mind.
Judul
Lead
Peralihan
Penyebab atau latar belakang masalah
Data
Peraihan
Opini pendapat
Penutup
Mudah tho? Atau masih kesulitan dan tersesat juga? Ok deh,
jika kita menggunakan peta seperti diatas untuk menyusuri hutan
intelektual tentu kita masih bingung dan akan tersesat. Ada baiknya jika
buat menjadi rinci tema apa yang akan kita angkat.
Dengan begitu, setiap menulis akan jalan sesuai jalur yang dituliskan menuju tempat yang dijadikan tujuan. Tak ribet, tak kesripet, tak bingung, tak mondak–mandek
dan tak linglung bentar-bentar istirahat. Coba kita ambil contoh
terkait tema yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan, yakni demonstrasi
menolak BBM. Disini, kita akan menjadi pihak yang kontra terhadap
demonstrasi yang mengarah ke anarkhi.
B. Membuat Judul Artikel Opini
Judul adalah hal pertama yang dilihat sang redaktur. Biasanya, telah
tersedia pikiran-pikiran atau kejadian-kejadian yang mempunyai news
value di benak redaktur, oleh karena itu judul akan menjadi ajang
eliminasi paling cepat. Ketika membaca judul, redaktur akan melihat
sekilas beberapa detik saja lalu membiarkannya. Jika judulnya saja tidak
menarik dan memikat bagaimana redaktur bisa tergoda?
Dari hal di atas, maka judul sebuah artikel seharusnya menarik,
bahkan menurut Bung Bram, judul sebuah artikel memang semestinya
disengaja kontroversial dan provokatif. Hal ini jugalah yang membuat
opini menjadi menarik, berada jelas di salah satu pihak namun
menggunakan bahasa eufimisme.
Di dalam proses pembuatan artikel, judul dapat disematkan di awal
ataupun di akhir tulisan. Jika di awal sudah langsung menemukan judul
yang cocok berbarengan penemuan tema, maka penulis tak perlu
menggantinya. Namun terkadang banyak penulis memang mengakhirkan dalam
pemberian judul, demi menunggu kata-kata inspirasi yang menggugah,
menggoda, tak lazim, mengagetkan, lucu, dan berkesan. Selangkapnya baca Belajar Menulis Judul Artikel Opini yang dapat meluluhkan hati redaktur…
C. Belajar Menulis Lead (Kalimat Pembuka)
Untuk mengawali sebuah tulisan artikel, usahakan lead memang
benar-benar menarik dan menggugah sehingga rasa penasaran untuk
mengikuti kalimat-kalimat selanjutnya mampu menyihir pembaca sampai
akhir. Oleh karena itu, lead jangan sampai diremehkan. Lead harus benar-benar benar, maksud Penulis harus benar
baik dari sisi kepenulisan, segi pengaturan rata kiri, rata kanan, dan
kalimat-kalimat baku. Jika hal ini tidak serius mengerjakannya sudah
tentu redaktur akan banyak pertimbangan untuk menerbitkannya.
Bagi redaktur, adalah kewenangan tertinggi memperlakukan teks kita,
tentu tak mau ambil pusing dalam menyeleksi. Selain per harinya kurang
lebih ada seratusan artikel yang masuk, redaktur terkadang juga masih
mengerjakan tugas yang lain. Oleh karena kebiasaan itulah redaktur
terkadang hanya melihat judul atau hanya lead-nya saja. Jika yang awal memberikan kesan yang baik, insya Allah akan dimuat. Maka jagalah kesan baik itu selamanya.
Mengutip bukunya Widyamartaya Seni Menuangkan Gagasan, bahwa ciri lead pembuka ataupun pengatar dapat berhasil apabila lead
mampu mengetuk hati, memperoleh simpati, menggugat minat dan gairah
orang orang lain untuk mengetahui lebih banyak. Adapun secara ringkas,
paragraf pertama atau sebagai lead pengantar berfungsi:
Memberikan pokok persoalan ataupun masalah;
Menarik minat pembaca dengan memberitahukan latar belakang, pentingya pokok soal, atau terpecahkannya masalah; dan
Menyatakan ide sentral karangan, yaitu pendirian penulis. Pendirian
ini dapat dinyatakan sepenuhnya, atau hanya sebagai persiapan ke arah
pernyataan pendirian selengkapnya pada akhir karangan.
Bagi Penulis pemula, hal yang paling sulit dilakukan saat menulis artikel opini adalah menulis middle. Bagi penulis awal, sudah bisa ditebak bahwa dalam hal middle
ini kesannya masih monoton dan terlalu luas, sehingga apa yang
disampaikannya menjadi kabur. Ketika kita menjadi penulis pemula, lalu
kita mencoba membacanya sendiri pasti ada rasa anggapan “wagu”. Anggapan ini memang ada benarnya, terlebih ketika kita membaca karya-karya orang lain pasti kerasa banget.
Tapi insya Allah, Penulis akan memberikan kontribusi paling tidak menambah sedikit wawasan terkait penulisan middle
ini. Penulis sering berpikir, mengapa orang yang gemar ke perpustakaan
selalu pandai? (Bagi yang di perpustakaan membaca buku lho).
Hemat Penulis, jawabannya sangat sederhana, ketika ia ada masalah
dalam mengerjakan suatu hal ia terus fokus untuk memecahkan masalah
melalui jelajah-jelajah buku. Ingat kata pepatah bijak, “Banyak orang
yang gagal karena tidak fokus”. Penulis yakin pasti orang yang
bersungguh-sungguh akan menemukan buku yang merangsang berpikir dan
sesuai dengan kemampuan kita menyerap ilmu.
Arti lainnya, setiap orang memang mempunyai kecenderungan
masing-masing terhadap bagaimana ilmu disampaikan atau bagaimana ilmu
akan tersalurkan dengan sempurna. Setiap orang mempunyai masing-masing
cara. Middle atau yang sering disebut tubuh tulisan atau bisa
disebut paragraf pengembang adalah inti dari sebuah gagasan tulisan.
Maka tak heran jika beberapa penulis pemula KO di ronde ini dikarenakan
bukan hanya satu gagasan saja, namun berbagai gagasan yang saling
berkesinambungan.
Selain anggapan sukar dan dibutuhkan gagasan yang sistematis, Penulis
yakin pasti godaan-godaan juga berat di luar sana. Mulai dari ajakan
teman nonton bioskop, nongkrong di angkringan, ataupun pesta-pesta khas
anak muda lainnya. Jangan mau! Semua ada batasnya! Jangan biarkan waktu
kita berlalu dengan obrolan yang sia-sia, arahkan ke diskusi yang
berbobot dan berkualitas.
Simak Selengkapnya bagaimana cara menuangkan pikiran isi yang
berbobot, kaji juga bagaimana academic IND memberikan tips cara mencari
data yang valid di Belajar Menulis Middle Artikel Opini...
D. Menulis Penutup Artikel Opini
Secara umum, penutup mengindikasikan bahwa artikel akan segera
selesai. Jadi jangan sampai artikel berhenti namun seperti tidak
berhenti. Artikel harus berhenti di tempat pemberhentian, jangan di
tengah jalan. Karangan harus ditutup dengan halus namun memiliki power,
seperti pesawat yang terbang dari atas kemudian turun perlahan-lahan
membentuk jalan landai dan pendaratan yang sempurna.
Selanjutnya, penutup juga sebagai indikasi penegasan gagasan ataupun
ide kita. Dengan hal ini kita yakin dan kita merasa perlu untuk
menyampaikan bahwa gagasan kita penting adanya, layak diperhitungkan,
dan perlu diketahui publik.
Maka dari itu, gagasan sebisa mungkin merupakan hasil pemikiran yang
orisinal, karena bagaimanapun juga, pembaca sangat membutuhkan pandangan
baru dalam setiap masalah. Semakin banyak pandangan dari penulis yang
lain, akan semakin menarik suatu masalah untuk didiskusikan.
Penutup bisa juga untuk mengindikasikan kesimpulan yang dibuat dengan
poin-poin penting sebagai pengingat kembali. Selain itu, bisa juga
menggunakan saran sebagai penutup atau harapan sekaligus doa terkait
masalah yang diangkat.
Terakhir, bisa juga menambahkan penutup yang menyentak, tajam, tegas,
ataupun pilihan-pilihan kata kebenaran yang membuat pembaca tak bisa
berkelit dan percaya 100% terhadap gagasan yang disampaikan.
Ingin tahu bagaimana caranya menutup sebuah tulisan dengan baik dan memukau? Teruslah berselancar di academic IND ya Belajar Menulis Penutup Artikel...
E. Mengedit Tulisan
Pada bagian ini, tulisan memang akan disempurnakan. Ibarat pisau yang
hendak digunakan agar tajam maka harus diasah terlebih dahulu. Penulis
berpesan kepada penulis pemula agar serius dan bersungguh-sungguh pada
tahap ini. Pada proses editing ini pilihlah waktu yang tenang, sunyi,
dan nyaman.
Kondisi tersebut membuat tulisan mengalir begitu indah dan alurnya
bisa menjadi jelas. Banyak memang tulisan yang alurnya tidak sesuai,
salah satu penyebabnya menurut Penulis kurangnya konsentrasi dan
ditambah faktor tempat pengeditan yang kurang kondusif.
Selain itu, konsentrasi juga akan membantu menemukan
kesalahan-kesalahan dalam penulisan sesuai kode etik jurnalistik.
Usahakan minimal kesalahan tanda tulis tidak lebih dari 3 kali bahkan
jika bisa soal tanda baca atau kepenulisan jangan ada kesalahan. Kita
pilih waktu-waktu yang hening seperti tengah malam, sepertiga malam,
atau sehabis subuh. Selain otak masih fresh tanpa beban pikiran yang lain, juga kondisi pikiran masih segar.
Belajar dari para senior, jangan berpikir bahwa penulis-penulis besar
seperti Cak Nun, Mahfud M.D., dan lain sebagainya hanya melakukan
pengeditan sekali saja. Mereka melakukan proses edit berkali-kali hingga
tulisan benar-benar tidak ada kesalahan tanda baca, alur jelas, dan
makna yang ingin disampaikan yakin tersampaikan.
Maka dari itu, jangan berkecil hati jika selama ini melakukan
pengeditan melebihi seratus kali. Itu proses dan itu adalah baik.
Berikut adalah beberapa pemaparan yang akan saya sampaikan terkait
beberapa kesalahan besar yang sering dialami penulis pemula dalam proses
pengeditan.
Pantau uraian editing yang mudah belajar para senior dan tokoh-tokoh nasional di Sempurnakan Tulisan Melalui Editing…
F. Surat Pengantar Artikel Opini
Sebagai penyempurna, jangan lupa untuk menyertakan surat pengantar.
Memang terkesan sepele dan sederhana, namun ternyata sangat menentukan.
Oleh karena itu, jangan abaikan artikel yang merupakan hasil ikhtiar
paling maksimal. Surat pengantar ini kita gunakan sebagai ajang iklan
memperkenalkan siapa diri kita.
Dalam kata pengantar ini, kita menuliskan siapa kita sebenarnya, baik
jabatan, profesi, ataupun lainnya. Perlu diingat, untuk menunjang brand
kita, buat saja blog ataupun web, sehingga kita juga dikenal di dunia
maya. Adanya surat pengantar harus kita maksimalkan dengan mengisi
identitas yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Berkaitan dengan kata pengantar, Penulis sendiri terinspirasi adanya
identitas yang selalu tertera pada bagian pojok paling bawah sebuah
artikel opini. Pada bagian tersebut, ada berbagai latar belakang profesi
sang penulis.
Oleh karena itu, agar artikel kita semakin dipercaya, alangkah lebih
baiknya kita ceritakan kepribadian kita agar mengenal lebih dekat. Misal
kita pernah aktif di salah satu organisasi, pernah menjadi pemimpin
suatu organisasi, atau yang lainnya, sehingga kita mampu meyakinkan
bahwa kita ikut ambil bagian dalam penyelesaian masalah bangsa.
Perlu diingat, terkadang organisasi memang menentukan. Dalam hal ini,
tentu organisasi yang telah terbukti melahirkan pemimpin-pemimpin
bangsa menjadi salah satu kepercayaan sang redaktur terhadap tulisan
gagasan kita. Hal ini berkaitan munculnya banyak organisasi-organiasai
yang keberadaannya tidak konsisten.
Selain tidak konsisten juga organisasi yang anggotanya seperti
“bebek”, yakni anggota yang selalu membenarkan senior-seniornya walaupun
telah terbukti melakukan kesalahan. Yang ada kebenaran itu hanya milik
kelompoknya.
sumber : http://www.academicindonesia.com/belajar-menulis-artikel-opini-paling-lengkap-dari-sejarah-pengertian-tips-dan-contoh-contoh-artikel/#comment-1051
Dosen: Eh kamu yang baju biru, orang Batak ya? Kamu: Emm… Kok tahu pak? Dosen: Iya. Dari mukamu keliatan. Kamu: Hah? Muka saya kenapa pak? Dosen: Galak. Kamu (dalam hati ingin menangis): Saya BAJA pak, Batak Jawa.
Muka
Batak identik dengan galak dan tegas. Struktur tulang pipi yang
menonjol membuat orang Batak dikira galak. Padahal nggak semua orang
Batak itu mukanya galak.
Sebentar, Annisa Pohan itu mukanya galak darimana, coba? Dia orang Batak lho!
2. Sekalinya orang-orang tahu kalau kamu orang Batak, mereka akan langsung bertanya, “Marga apa?”
Aa Burjo: “Neng, orang mana?” Kamu: “Orang batak, A’.” Aa Burjo: “Rumah di Medan?’ Kamu: “Nggak, di Palu kok A’.” Aa Burjo: “Loh? Orang Kalimantan dong?” Kamu: …….. (Terserah Aa aja deh. Aku lelah. Aku mau intel rebus.)
Batak
identik dengan Medan, ibukota Sumatra Utara. Menjadi orang batak di
perantaun akan membuatmu sedikit bingung menjelaskan tempat tinggalmu.
Kamu harus rela menjelaskan kalau rumahmu bukan di Medan dan selanjutnya
kamu pun dihujani dengan berbagai macam pertanyaan yang membuatmu
lelah.
“Jadi, saya orang batak yang tinggal di Palu. Silahkan pilih, saya orang Batak atau orang Palu.”
6. Kamu akan langsung kagok ketika disuruh ngomong pake bahasa Batak
Teman baru: “Eh kamu orang Batak ya?” Kamu: “Iya.” Teman baru: “Ngomong bahasa Batak dong.” Kamu: “Hah?” Teman baru: “Iya, aku penasaran orang Batak ngomongnya gimana.” Kamu: “Aku nggak tahu bahasa Batak.” Teman baru: “Lah, katanya orang Batak, tapi nggak tahu bahasa batak. Gimana sih.” Kamu: *menangis dalam hati karena Batak-mu dipertanyakan*
Percakapan
di atas sering kali dialami anak Batak perantauan yang lahir dan besar
di luar Pulau Sumatra. Karena orang tua sering menggunakan Bahasa
Indonesia di rumah, kamu terbiasa dengan itu. Kemudian, kamu merasa
sia-sia jadi orang Batak karena nggak tahu ngomongnya gimana.
Sebenarnya, kamu tahu sedikit bahasa Batak kok, contohnya:
“DANG ADONG HEPENGKU!” (Nggak punya duit!)
Ya cuma itu doang sih yang kamu tahu. Hehehehehhe.
7. Kamu akan langsung merasa tambah gagal ketika ada yang bertanya, “Nomor berapa kau?”
(kamu lagi di gereja dan di sebelahmu ada bapak-bapak Batak juga)
Bapak A: “Boru apa kau?” Kamu: “Sinambela, pak.” Bapak: “Bah! Sinambela nomor berapa kau?” Kamu: (terdiam sejenak dan mulai nyengir)
Buat orang muda Batak, pertanyaan ini sering kali ditanyakan saat bertemu dengan orang Batak lainnya.
Nomor yang dimaksud adalah nomor keturunan dari marga Batak tersebut.
Kalau kamu nggak tahu kamu nomor berapa, sekarang telpon orang tua, dan
tanya,“Mak, aku nomor berapa?” pasti mereka sudah ngerti dan langsung jawab, “Nomor 13.”
Kalau
masih nggak ngerti, ya ditahan dulu aja. Karena kalau mau dicari tahu,
butuh waktu seharian buat jelasin kenapa kamu bisa Situmorang nomor 13
atau Panjaitan nomor15. Kalau punya waktu untuk pulang ke kampung,
segera tanyakan ke Opungmu, dan siap-siap kau dihadapkan dengan
panjangnya silsilah margamu.
8. Ketika lagi nongkrong bawa gitar,
teman-temanmu langsung menyuruhmu nyanyi. Karena mereka tahu, kamu
orang Batak dan bisa nyanyi
Orang
Batak identik dengan kemampuan bernyanyi yang WOW. Lihat saja Joy
Tobing, Judika, Dewi Marpaung, Edi Silitonga, Victor Hutabarat, Diana
Nasution, Samy Simorangkir, hmm….siapa lagi ya?
Nama-nama besar
penyanyi Indonesia yang disebutkan tadi punya kemampuan bernyanyi yang
luar biasa. Cap penyanyi pun semakin melekat karena orang Batak suka
nyanyi pas kondangan.
Tapi kenyataannya nggak semua orang Batak itu pinter nyanyi dan ada juga yang suaranya pas-pasan, kok! Percayalah.
9. Nggak cuma penyanyi, kamu pun dikira anak jurusan hukum yang pinter debat dan pengen jadi pengacara
Ruhut
Sitompul, Adnan Buyung Nasution, Hotman Paris Hutapea, Todung Mulya
Lubis, adalah nama-nama besar di dunia hukum Indonesia. Khalayak umum
pun sering menghubungkan kemampuan debat orang batak dengan profesi
pengacara.
Padahal banyak anak muda batak perantauan kuliah di jurusan sastra, pendidikan, teknik, ekonomi. Nggak melulu hukum kok..
Dewi
‘Dee’ Lestari Simangunsong, Prisia Nasution, Saut Situmorang, Raditya
Dika, Sanusi Pane, Putra Nababan, Rosiana Silalahi, mereka bukan
pengacara loh….
10. Kamu pun sangat ngefans sama Nadya Hutagalung, Radja Nainggolan, dan Vicky Sianipar
Nadya
Hutagalung, model Batak-Australia yang sukses di tanah rantau. Dia
bangga dengan darah Bataknya dan tidak melupakan bataknya. Ada juga
Radja Nainggolan, pemain bola berdarah Batak yang sukses di Italia dan
ia bangga membawa Nainggolan ke dunia sepak bola internasional.
Musisi Vicky Sianipar akan membuatmu semakin bangga menjadi orang Batak, dia juga yang bikin kamu menyukai lagu-lagu Batak.
BUAT KAU BATAK RANTAU. JANGAN MALU DENGAN MARGAMU. BANGGALAH!
11. Karena dianggap Orang Batak, kamu sering dikira pemberani. Padahal….
Tampang galak, suara besar, pintar debat, nyanyi oke, ditambah dikira pemberani, mantaplah! Tapi tapi… Nyebrang jalan aja takut, gitu mau dibilang pemberani? Nonton film romantis, langsung nangis! Begitu pemberani?
Don’t judge a book by its cover!
12. Batak-mu semakin dipertanyakan ketika kamu kehilangan logat Batak
Dosen: “Kamu orang Batak?” Kamu: “Iya, pak. Kenapa?” (logat Jawa medhok) Dosen: “Kok logatmu Jogja?” Kamu: “Saya gedenya di Jogja pak.” Dosen: “Yah bukan orang Batak namanya, kamu orang Jogja.” Samu: (meraung-raung dalam hati)
Bagi
orang muda berdarah Batak yang lahir dan besar di luar tanah Batak,
logat Batak akan semakin hilang. Apalagi, jika kamu adalah BAJA
(Batak-Jawa) atau BATMAN (BAtak-Manado), logatmu akan mengikuti tempat
asalmu.
Tapi tenanglah kawan, logatmu biasanya akan kembali muncul
saat kamu pulang kampung ke Sumatra Utara. Kau masih tetap Batak,
kawan!
13. Kamu kagok untuk memanggil “Lae” atau “Ito” ke sesama orang Batak
Bagi orang muda Batak perantauan, memanggil lae atau ito ke sesama orang Batak pun sedikit terdengar aneh. Kamu kurang terbiasa menggunakan dua istilah ini.
Biasanya,
buat batak perantauan kata-kata ini diucapkan saat berkunjung ke rumah
makan Batak di tempat rantau. Lumayan kan siapa tahu dapat diskon makan.
Mengakulah kawan! Kau tidak sendiri.
Kalau sudah ada perbincangan dalam bahasa Batak, yang bisa kamu lakukan adalah mengangggukan kepala sambil mengucapkan, “Olo.” Walaupun kamu nggak ngerti yang lain ngomong apa, kamu cuma bisa, “Olo…olo..”
Catatan: “Olo”=Iya.
15.Kamu merasa bingung saat harus memanggil orang lain dengan sebutan apa, padahal kalian satu marga…..
(kamu ketemu orang yang lebih tua dan satu marga dengan kamu)
Kamu: “Halo tulang.” Bapak uda: “Bah, Tulang darimana? Aku ini Bapak Uda kau. Kau Manullang, aku Manullang.” Kamu: (nyengir nggak jelas) “Maaf Bapak Uda. Nggak tahu.” Bapak uda: “Amang tahe. Dang boi songoni dah. Kita ini satu pamili.” (Aduh Tuhan. Nggak boleh begitu yah. Kita ini satu keluarga)
(Biasanya percakapan begini akan berlanjut panjang dengan penjelasan sebutan-sebutan untuk sesama orang batak)
Bagi
orang Batak, ada berbagai macam panggilan untuk keluarga atau yang satu
marga, yang beda marga pun juga ada aturannya. Misalnya ini, panggilan
tante dalam batak ada beberapa macam, dilihat dari sudut pandang ibu
atau bapak. Saudara perempuan dari pihak bapak bisa dipanggil tante, namboru/bou.
Kalau salah sebut, kamu bisa kena semprot dan berakhir dengan pemberian wejangan (lagi dan lagi).
16. Kebingunganmu semakin bertambah dengan adanya adat-adat yang baru kamu tahu
Kalau
ngomongin soal adat, akan sangat panjang penjelasannya. Terutama bagi
orang muda yang menginjak umur 20-an, kamu akan menemukan persiapan
menuju pernikahan yang panjangnya dan ribetnya membuatmu sakit kepala.
Terkadang keribetannya itu membuat kamu ingin pindah suku.
Itu
baru kamu lihat dari pengalaman saudara kamu, bayangin aja gimana kamu
sendiri yang mengalami langsung. Kamu harus berhadapan dengan marhusip, martupol,
dan acara hari-H yang membutuhkan waktu berjam-jam untuk acara adat.
Pastikan kamu siapkan kopi, biar kamu nggak ngantuk di acara
pernikahanmu nanti.
17. Ketika kamu mudik ke Sumatra Utara, ke-Batak-anmu langsung muncul dengan sendirinya
Pulang
kampung menjadi satu kewajiban bagi orang Batak. Dimana pun mereka
merantau, mereka wajib pulang kampung beberapa tahun sekali untuk
mengunjungi sanak saudara. Kamu pun akan diboyong orangtuamu untuk
mengunjungi keluargamu di Tarutung. Baru juga sampai Medan, kamu merasa
terharu karena akhirnya kamu kembali ke tanah asli-mu.
Tips: Dengerin lagu O Tano Batak, kau akan nangis nggerus. Yakin deh!
18. Walaupun kamu dianggap galak, (kadang) kamu bersyukur karena dengan darah Batak-mu orang-orang jadi takut sama kamu
Menjadi
orang Batak di tanah rantau membuat kamu ditakuti orang lain. Karena
tampangmu yang katanya galak, orang-orang yang berniat jahat pun takut
sama kamu. Cukup dengan tatapan mata yang tajam, kamu bisa membuat
antrian yang panjang dan lama jadi cepat.
Beruntunglah muka kau Batak kawan, orang jadi nggak macam-macam sama kau! Muka kami galak, tapi hati kami hello kitty! (dibaca dengan logat batak)
19. Pada akhirnya, kamu sadar ada makna besar dibalik semua keribetan Budaya Batak yang selamanya tak akan hilang dari hidupmu
Menjadi
Batak di tanah perantauan memang susah. Kamu harus berkutat dengan
stereotip Batak pada umumnya. Namun, kamu menjadi tahu bahwa menjadi
Batak itu penuh perjuangan.
Walau jauh dari tanah kelahiran, kamu menjadi semakin menghargai adatmu. Kamu menjadi tahu silsilah keluargamu dari tarombo yang dibawa Opungmu. Kemudian, kamu akan menceritakan silsilah keluargamu ke anak cucumu kelak.
Yang paling penting, kamu akan mengingat 3H yang bisa bermanfaat untuk kesuksesanmu kelak: Hamoraon (kekayaan), Hagabeon (kebahagiaan), danHasangapon (kehormatan).
Perjuangan
hidup si Batak rantau memang nggak gampang. Banyak hal yang membuat
kita gelang-geleng kepala dan terkadang jadi lupa dengan leluhur kita.
Aku
Batak, kamu Jawa, dia Bugis, kamu Papua, nggak masalah. Satu hal yang
pasti: dimanapun kita merantau, kita harus berusaha beradaptasi dan
tetap mengingat leluhur kita.
Gambar Pantat: Seorang guru wanita sedang mengajar murid-muridnya
di hari pertama masuk sekolah. Diatas papan tulis ia mencoba menggambar
buah apel, lalu sambil membalikkan badannya ia bertanya kepada para
murid, "Gambar apa ini ?"
Tak ayal para murid secara serentak berseru:"Pantat!" Mendengar jawaban
tersebut, guru tersebut menangis sambil setengah berlari mencari kepala
sekolah untuk mengadukan perilaku murid-muridnya.
Melihat tangisan sang guru wanita tersebut, kepala sekolah tanpa
menanyakan alasannya, langsung saja menerjang masuk ke ruang kelas, lalu
dengan emosi ia memarahi semua murid: "Kalian sungguh berani-beraninya
mempermainkan seorang guru! Apa yang kalian lakukan terhadapnya ?!"
Sesaat ruang kelas menjadi senyap, semua murid jadi bengong, sang kepala
sekolah kemudian menoleh ke arah papan tulis, ia semakin marah ketika
melihat apa yang tergambar di papan tulis "Ini sudah keterlaluan, kalian
bahkan berani menggambar pantat di papan tulis!" Mendengar ini sang
guru wanita langsung pingsan.
Kereta Api Keparat: Ada seorang pemuda di daerah sumatera utara
sana, kebetulan sedang nonton film di bioskop di daerahnya. Salah satu
adegan di film itu adalah seorang gadis bahenol yang sedang berusaha
membuka bajunya, setelah itu dilanjutkan dengan membuka kaos dalamnya.
Dan akhirnya tibalah pada adegan dimana gadis itu harus membuka juga
seluruhnya. Namun sebelum gadis itu berhasil, tiba-tiba ada Kereta Api
yang lewat dan menutupi si gadis. Setelah kereta api berlalu si gadis
ternyata sudah berpakaian lengkap kembali.
Kecewalah ucok, setelah beberapa saat sempat menahan dentuman
jantungnya. Esoknya, si Ucok datang lagi, beli karcis lagi, nonton lagi
film yg sama. Dan kecewa lagi. Tanpa kenal kata menyerah, esoknya pun
dia masih nonton lagi sampai beberapa hari.
Tukang karcis penasaran melihat hal ini, maka bertanyalah ia. "Hey Lay
.. Kalo tidak salah, sudah kau tonton pilem ini berkali-kali? Kenapa
masih datang juga?" Si Ucok menjawab, "Ah benar kali itu bang, tapi aku
yakin bang, suatu saat, kereta api keparat itu pastilah terlambat."
Takut Didenda: Seorang bapak yang sangat-sangat pelit diajak anak
tersayangnya untuk naik helikopter. Awalnya si bapak tidak setuju
karena harus bayar tapi karena sayang dengan anaknya ia pun setuju.
Setelah sampai di tempat heli, si pilot bilang "Naik bayar U$100, kalau
anda bicara diatas nanti didenda U$500 tapi kalau anda tidak bicara
sepatah katapun akan saya kasih U$1000."
Setelah setuju dengan perjanjian tersebut, heli diterbangkan oleh pilot
dengan cara manuver dan jungkir balik diatas. Setelah sampai mendarat si
pilot bilang ke bapak pelit tadi, "Wah anda hebat, tidak bicara sepatah
katapun."
Si bapak bilang, "Sebenarnya saya mau bicara tadi, tapi takut didenda."
"Anda mau bilang apa?" tanya si pilot. "Anak saya jatuh," jawab si
Bapak.
Surat untuk Istri: Seorang pria sedang berlibur ke Bali. Istrinya
sedang dalam perjalanan bisnis ke Jakarta dan berencana untuk bergabung
pada keesokan harinya. Ketika sampai di hotel, pria itu memutuskan
untuk mengirimkan e-mail ke istrinya.
Karena tidak berhasil menemukan kertas memo dimana dia mencatat alamat
e-mail istrinya tersebut, maka dia mencoba untuk sebisa-bisanya
mengirimkan e-mail keistrinya. Sialnya, dia melupakan satu hurup dan
e-mail tersebut melesat langsung menuju ke seorang wanita yang suaminya
baru saja meninggal satu hari sebelumnya.
Saat wanita yang sedang berduka itu mengecek isi e-mail tersebut, ia
berteriak dengan hebat lalu jatuh kelantai dan meninggal seketika.
Keluarganya segera berlari ke dalam ruangannya dan melihat isi surat di
layar komputer.
"Istriku tercinta, Aku baru saja sampai. Segala sesuatu telah disiapkan untuk kedatanganmu besok."
Alat yang Hebat: Seorang laki-laki datang ke Institute of science
merupakan tempat para peneliti memperagakan hasil penemuan mereka dan
mendapatkan hak patent bagi penemuan tersebut. "Saya telah menemukan
alat untuk membuat manusia bisa berbicara dengan manusia lain di tempat
yang berjauhan."
"Dan saya menamakan alat itu ... TELEPON," katanya. Para hadirin
terkagum-kagum. Tak lama kemudian, datang lagi dua orang bersaudara.
"Kami telah menemukan alat untuk membuat manusia bisa terbang seperti
burung. Dan kami menamakan alat itu ... PESAWAT TERBANG."
Para hadirin semakin kagum. Tiba-tiba, datanglah seseorang dari
Indonesia. "Saya telah menemukan alat untuk bisa membuat Manusia bisa
berjalan menembus dinding, kaca dan besi," katanya. Para hadirin Hebohh
besar. "Dan Saya menamakan alat itu ... PINTU."
Takut Didenda
Seorang bapak yang sangat-sangat pelit diajak anak
tersayangnya untuk naik helikopter. Awalnya si bapak tidak setuju
karena harus bayar tapi karena sayang dengan anaknya ia pun setuju.
Setelah sampai di tempat heli, si pilot bilang "Naik bayar U$100, kalau
anda bicara diatas nanti didenda U$500 tapi kalau anda tidak bicara
sepatah katapun akan saya kasih U$1000."
Setelah setuju dengan perjanjian tersebut, heli diterbangkan oleh pilot
dengan cara manuver dan jungkir balik diatas. Setelah sampai mendarat si
pilot bilang ke bapak pelit tadi, "Wah anda hebat, tidak bicara sepatah
katapun."
Si bapak bilang, "Sebenarnya saya mau bicara tadi, tapi takut didenda."
"Anda mau bilang apa?" tanya si pilot. "Anak saya jatuh," jawab si
Bapak.
MAJALAH FEMINA Cerpen 975.000 kontak@femina-online.com, dan kontak@femina.co.id
JAWA POSO cerpen Rp. 925.000. puisi Rp 725.000. (ari@jawapos.co.id)
TEMPO cerpen 750-.000. puisi 600.000 (ktminggu@tempo.co.id)
MEDIA INDONESIA Cerpen 705.000 (setelah dipotong pajak). Puisi full 1
penyair 625.000 ,
2 penyair : 250-300ribu (info
teman). (cerpenmi@mediaindonesia.com dan puisi@mediaindonesia.com cc
PuisiMedia@yahoo.com)
MAJALAH HORISON puisi11 puisi : 500.000, harga per/puisi 30ribu-50ribu email horisoncerpen@gmail.com, horisonpuisi@gmail.com
MAJALAH ESQUIRE cerpen panjang naskahnya 14.000 karakter dibayar
825.000-an, yang panjangnya 10.000 karakter dibayar 775.000
(cerpen@esquire.co.id)
Itulah beberapa (ya beberapa, pasti ada yang lainnya) email media dan
honornya. Sumber dari info tersebut didapat dari group sastra minggu.
Selain itu juga bersumber dari blog Lowongan Penulis: E-mail dan Honor Cerpen di Majalah, Tabloid, dan Jurnal.
Ohya…tentunya alamat email dan jumlah honor bisa berubah sewaktu-waktu. Tapi email media untuk kirim cerpen puisi dan essai tersebut
adalah yang paling update dari sumber-sumber yang bisa dipercaya.
Jangan takut karyamu tidak dimuat. Kirim saja. Para redaktur tentu
memperhatikan karya-karya yang bagus, meski bisa jadi tetap juga
memperhatikan senioritas. Tapi lupakanlah. Yang penting berkarya.
Senin, 26 September 2016
Selamat Siang Semua. Serasa, saya sudah lama ya gk nulis lagi di Blog nich.
Pada gak sabar ya, nungguin cerita - cerita dan curhatan - curhatann di blog saya kan????
OK lah, lets'GO...